Sabtu, 12 September 2009

Menikmati Kerang Rebus Pantai Publik


Mengunjungi pantai publik di Marunda, Jakarta Utara, di waktu senja, begitu bernilai. Sebab, ada beberapa bangunan bersejarah di sekitarnya yang bisa dikunjungi, di antaranya adalah Masjid Al Alam dan Rumah Si Pitung, pahlawan Betawi yang tersohor.

Kawasan pesisir di Kelurahan Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, ini tidak berbeda dengan pantai-pantai lain yang dijadikan obyek wisata. Sejak awal Ramadhan, suasana di pantai ini begitu ramai dikunjungi orang yang ngabuburit. Ada yang datang perorangan, ada juga yang datang rombongan bersama keluarga atau teman-temannya.

Memang tidak banyak yang mereka kerjakan di pantai itu, selain menapaki pasir pantai sambil menendang-nendang riak air laut yang terhenti geraknya di bibir pantai. Suasananya begitu indah ketika mentari perlahan terbenam.

Di waktu senja itulah, pengunjung menikmati suasana pantai publik sambil menanti azan magrib berkumandang sebagai tanda waktu berbuka puasa. Pengunjung yang datang bersama keluarga beserta anak-anak kebanyakan menyusuri pantai dengan menumpang perahu sewaan untuk melihat Kampung Marunda dari laut. Persewaan perahu nelayan itu dikelola oleh warga setempat.

Lingkungan pantai publik di Marunda memang tidak seteratur pantai yang dikelola oleh perusahaan. Pantai publik ini adalah pantai yang masih alami alias masih perawan di Jakarta Utara. "Untuk merasakan aslinya pantai, ya pantai publik di Marunda ini," ujar Aman Bogor, Ketua RW 07 Marunda.

Aman mengatakan, sejak awal Ramadhan banyak warga yang berdatangan ke pantai publik di Marunda, terutama menjelang berbuka puasa. Aman mengatakan bahwa ngabuburit di pantai itu seperti sudah menjadi semacam acara kunjungan rutin masyarakat Jakarta Utara dan sekitarnya setiap bulan Ramadhan. "Menurut mereka (pengunjung), pilihan tempat yang pas untuk ngabuburit adalah pantai publik," ungkap Aman.

Di pantai publik juga banyak pedagang yang menjajakan makanan dan minuman pembuka puasa. Harganya relatif terjangkau oleh para pengunjung. "Di sini makanan banyak pilihan dan murah meriah," kata Aman.

Makanan yang dijual, mulai dari pembuka puasa, yakni kolak atau sirup, sampai makanan berat, seperti makanan laut. Salah satu makanan yang khas di pantai publik adalah kijing atau kerang hijau rebus. Kedai-kedai yang dikelola warga setempat dipastikan menyediakan makanan itu. Ada juga makanan lainnya, seperti beragam ikan bakar atau kerang-kerangan.

Keuntungan lain yang diperoleh pengunjung pantai publik adalah dekat dengan lokasi cagar budaya, yakni Masjid Al Alam dan Rumah Si Pitung. "Keduanya punya nilai sejarah, dan diharapkan, pantai publik Marunda ini bisa dikembangkan untuk mendukung keberadaan cagar budaya tadi," ujar Aman.

Bagi mereka yang sudah mengenal kawasan Marunda, pantai ini mudah ditemukan. Untuk menikmati suasana sore menjelang buka puasa, pengunjung hanya mengeluarkan uang untuk parkir motor, yakni Rp 2.000 per sepeda motor. Untuk kendaraan roda empat, tarifnya sama saja.

Namun, pengunjung harus berjalan kaki menyusuri Kampung Si Pitung untuk sampai ke Pantai Marunda karena lokasi parkir mobilnya agak jauh. Ada sebagian pengunjung mampir dulu ke cagar budaya Rumah Si Pitung dan Masjid Al Alam sebelum menuju pantai.

Sementara itu, Wali Kota Jakarta Utara Bambang Sugiono mengatakan, pantai publik akan dikembangkan menjadi suatu kawasan terpadu. "Kawasan ini pun menjadi salah satu destinasi wisata di Jakarta Utara," ucapnya.

Bambang mengakui, kondisi pantainya masih minim fasilitas. Namun, animo masyarakat atas pantai ini begitu besar. Hal itu tentu mengindikasikan potensi yang sangat besar dari kawasan ini. "Setiap akhir pekan, kawasan ini banyak dikunjungi warga, tidak hanya dari Cilincing dan sekitarnya, tapi juga dari luar daerah," ungkapnya.

Tidak ada komentar: